Golput Embrio Oposisi Rakyat

Sebuah Catatan besar dari para Calon Gubernur dan Calon Kepala Daerah tentang janji-janji mereka dan Gambar-Gambar mereka di Seluruh tempat setrategis di daerah kota. Seorang Calon pernah menyerukan "Orang Bijak Tidak Golput", sebuah pernyataan yang disinyalir oleh KPUD bahwa golput adalah suka atau tidak suka sudah pasti ada pada pemilihan Gubernur Jatim dan Pilkada Magetan pada Juni - Juli 2008. Yang menjadi pertanyaan di sini apakah golput dilarang pada sistem demokrasi kita? Kutipan sebuah tajuk pada harian Waspada "Golput disebut menjadi sebuah grand design pada tatanan komunikasi politik yang bisa berupa isu atau kontra atau kontra isu bahkan provokasi, agitasi dan propaganda. Dan merupakan hal yang wajar terjadi menjelang berbagai pemilihan tidak terkecuali Pilkada Kab Magetan mendatang. Oleh karena itu munculnya isu golput yang dilemparkan kepada publik oleh elite tertentu merupakan hal yang wajar. Namun perlu kita kaji apakah golput yang dikemukakan sekarang ini sama dengan ide yang dilontarkan seorang tokoh oposan negeri ini Arief Budiman".

"Orang Bijak Tidak Golput",

"Golput disebut menjadi sebuah grand design pada tatanan komunikasi politik yang bisa berupa isu atau kontra atau kontra isu bahkan provokasi, agitasi dan propaganda. Dan merupakan hal yang wajar terjadi menjelang berbagai pemilihan tidak terkecuali Pilgub Jatim dan Pilkada Magetan mendatang.

Arief Budiman".

Hanya saja bentuk golput sekarang adalah kecenderungan ketidakpuasan atau kekecewaaan terhadap pelaksanaan pemilu yang diwujudkan dalam tiga bentuk; Pertama : Menolak secara jelas pelaksanan pemilu, sehingga tidak hadir ke Tempat Pemungutan Suara (TPS), Kedua : Hadir ke TPS, tetapi tidak mencoblos tanda gambar, Ketiga: Hadir dan mencoblos tanda gambar, tetapi mencoblos semua tanda gambar, sehingga batal/rusak. Bentuk kekecewaan yang diikuti dengan sikap golput, sudah pasti ada terlebih-lebih, disebabkan idolanya tidak masuk pada bursa balon Kepala Daerah karena ketiadaan perahu, ataupun ada perahunya tetapi sudah penuh, seperti Suharto, Prayogo, maupun Putra Mantan Putra Bupati Magetan yang berharap bisa menumpang perahu independent. Ke semua balon yang kecewa sudah pasti punya pendukung yang merupakan jamaahnya. Lampisan kekecewaan ini dapat menimbulkan sikap golput. Walaupun telah lahir Empat balon Bupati Magetan Amek-Djarno dengan perahu standar bermesin turbo (Golkar), Sumantri-Samsi juga perahu standar bermesin turbo (PDIP), Saleh-Teguh dengan perahu rakitan berbagai merek (beberapa parpol), Sadeni-???? juga dengan perahu rakitan berbagai merek (beberapa parpol)

belum tentu kesemuanya berkenan di hati rakyat. Ini jelas menunjukkan kalau rakyat makin cerdas dalam menentukan pilihannya. Jika dari calon Bupati Magetan mereka nilai tidak layak untuk dipilih maka rakyat memiliki keberanian untuk bersikap tegas, memilih atau tidak memilih. Mereka berani dan secara rasional berkata tidak, kepada semua calon yang ada. Ini merupakan kemajuan demokrasi yang cukup berarti. Golput menjadi makin eksis dan diakui keberadaannya sebagai bagian dari demokrasi di Indonesia. Golput mungkin juga bisa disebabkan oleh jeleknya penyelenggaraan pemilihan Gebernur Jatim dan Bupati Magetan yang buruk dan penuh kecurangan pada bulan Juni-Juli nanti.

Sudah bukan rahasia lagi bahwa kecurangan-kecurangan banyak terjadi di daerah-daerah. Penggelembungan suara calon pasangan Gubernur dan Kepala Daerah tertentu dan padanya calon yang suaranya dibajak sudah jadi berita. Publik sudah tahu bahwa Pilgub dan Pibup hanya untuk memenangkan pasangan tertentu untuk menyisihkan calon-calon lainnya. Otomatis pendukung pasangan tersisih tidak ada gairah lagi untuk mengikuti Pilgubsu pada tahapan berikutnya, seandainya pilgubsu terjadi dua putaran.

Orang mengatakan bahwa golput pasti terjadi, itu menjadi tamparan bagi para politisi. Tapi bagi masyarakat yang tingkat kedewasaan berpikirnya sudah tinggi, golput harus dilihat sebagai ekspresi politik. Artinya, sebenarnya orang yang memilih dengan yang tidak memilih itu dengan kesadaran adalah sama, di mata politik. Dengan tujuan bahwa mereka yang tidak memilih itu sebetulnya mendewasakan elite politik. Kita harus melihat golput sebagai fenomena yang bagus dalam berdemokrasi. Orang yang telah memilih untuk golput, berarti dia itu harus siap pula untuk diam, dan harus bisa menghormati serta menerima seluruh hasil pemilihan itu dengan tanpa ada rasa penyesalan.

Edukasi Dan Pencerahan

Proses edukasi demokrasi merupakan suatu Communication process. Proses pembelajaran atau edukasi demokrasi itu tidak dapat dipaksakan. Proses ini merupakan langkah panjang, karena apa yang dipelajari tersebut nantinya harus menjadi valuesnya atau nilai-nilai masyarakat.

Demokrasi dalam kehidupan masyarakat kita erat kaitannya dengan pengambilan keputusan. Dengan keputusan yang dilakukan secara kolektif tersebut diharapkan akan menghasilkan keputusan yang terbaik, namun dalam kenyataannya tidaklah demikian. Orang tidak bisa memanfaatkan mekanisme dan aturan dalam pengambilan Keputusan Kolektif secara optimal. Karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut di antaranya kemampuan yang kurang mendukung dalam menyatakan pilihan dan keputusan. Oleh karena itu pendidikan demokrasi untuk masyarakat harus terus dilakukan. Proses ini membutuhkan waktu. Karena demokrasi yang dilaksanakan di negeri ini bukanlah produk original bangsa kita, mekanisme yang ada bukan demokrasi ala bangsa kita. Demokrasi yang kita laksanakan saat ini

merupakan produk barat. Karena dengan suara terbanyak orang harus patuh dan tunduk pada suara terbanyak. Saat ini kita harus mulai belajar untuk menerima kenyataan dan keputusan yang telah dihasilkan. Realita di lapangan pada saat ini menunjukkan bahwa sering kali demokrasi tidak dipahami maknanya secara benar. Yang perlu disadari adalah bahwa seseorang apabila mengambil suatu keputusan ada konsekuensi yang harus ditanggung. Tetapi yang

banyak terjadi saat ini adalah setelah mengambil keputusan orang sering lupa dengan konsekuensi atau akibat dari keputusan tersebut. Sebagai akibatnya yang bersangkutan selanjutnya melakukan tindakan yang menyimpang dari koridor atau aturan yang sudah ada. Sikap seperti inilah yang harus kita ubah. Jadi golput adalah bagian dari demokrasi, dan dalam pilgubsu ada golput yang merupakan bentuk protes terhadap politisi karena tidak ada sistem demokrasi yang memadai serta belum terwujudnya kesejahteraan rakyat. Terlebih-lebih

bila masyarakat memandang balon Bubernur Jatim tidak punya kompetensi yang diharapkan. Kompetensi dalam hal inilah mencakup tiga unsur, yakni Knowledge, Skill dan Attitude baik ianya dari kalangan militer maupun sipil, terlebih-lebih ketika ia duduk di posisi kekuasaan tidak menunjukkan komitmennya kepada pemberantasan KKN. Ini sangat mengecewakan rakyat. Jadi golput di sini terdiri dua kategori, golput apatis dan golput kritis.

Dugaan sementara seandainya Pilgub dan Pilbup terjadi dua putaran hampir dapat dipastikan golput akan meningkat. Menurut teori pemerintahan sedikit atau banyak legitimasi yang dimiliki balon Gub, pemerintahan itu harus ada. Sebagaimana klausal ushul fikih, lebih baik diperintah oleh pemerintah yang dholim daripada tidak ada pemerintahan.

Soalnya kalau tidak ada penguasa atau pemerintah akan bahaya. Meski misalnya golput mencapai 70% ini tetap harus ada pemerintahan yang memegang kekuasaan. Oleh karena itu menyadari dukungan publiknya kecil, hendaknya

pemerintahan yang baru hasil pilkada nanti, harus mencari dukungan lagi dengan cara membuat kebijakan yang populis akibat golput tadi. Guna menghambat dan memperkecil prosentase golput, tertuang harapan tentunya kepada para kendidat Gubernur dan Bupati, agar memberikan edukasi demokrasi yang benar melalui pencerahan demokrasi. Pemberian edukasi demokrasi kepada pemilih melalui pencerahan demokrasi yang bebas dari iming-iming, money

politics, tebar pesona dan juga tabur uang, tabur umroh dan lain sebagainya. Namun yang perlu dijaga pada saat inilah kondusivisme daerah Jawa Timur, dan kalau perlu jadilah Jawa Timur barometer demokrasi lokal di Indonesia.

Janganlah hendaknya Jawa Timur seperti daerah-daerah lain pada saat pilkada terjadi perpecahan karena terjadinya kecurangan-kecurangan yang akhirnya merusak tatanan kesatuan bangsa. Jadilah Jawa Timur indikator "Point of to Return" di Indonesia. Demokrasi yang tidak akan kembali ke gaya lama. Semoga.


" Golput bukan Pilihan tetapi adalah Sebagian dari Demokrasi"